Rabu, 23 Juli 2014

Biarkan aku munafik

Aku tegar,
namun hanya sebatas sandiwara
aku bersabar,
dan sealur, hanya sebatas sandiwara
aku selalu melukis tawa dibalik kanvas kosongku
dan aku selalu menyanyikan lantunan riang yang menjadi kayu
bayang yang selalu terngiang mereka
telah membuatku munafik
dan tak sepintas dengan garis takdir pada tanganku
aku tertawa untuk menutup lukaku
aku bercanda untuk mengusik ketakutanku
aku tersenyum untuk menutupi kepiluanku
menghapus keusangan dalam buku lembaranku
dan menghapus kerinduan putik dengan mahkotanya
apa aku terlalu munafik? atau bahkan busuk?
oh tidak, aku malu pada semua ini
maka dari itu aku berusaha memberi cat air
pada kalender umurku yang mulai berguguran
yang telah terlampir hari buruk dan hanyut dalam kekeliruan
selalu meranggas di sejuknya firasat
selalu banjir di kemaraunya embun nafasku
namun mungkin pelukan tuhan berbeda
tidak erat seperti apa yang kuimpikan
tidak melekat seperti apa yang kuimpikan
penghiatan mulai merangkak di depanku
sehingga aku menjadi wanita garang dengan pandangan lemah
sepinya barang itu
menjadikanku untuk menyadari bahwa lentera itu terang
lampion itu nyama
dan yang pasti, takdir tuhan itu luar biasa

Izinkan jatuh cinta kembali

Hatiku mulai berkata
bahwa duniaku memang berbeda
bahwa duniaku hanya sekedar panggung palsu belaka
tapi mengapa daya?
dan apa pepatah kata?
panggungku kini memang berbeda ternyata
dan hanya sekedar gurau asa juga gulita
semu dimuram durjana
hilang di terpa dan dihempas riak suasana
ada dibalik takdirku yang istimewa
ternyata cukup sulit untuk kuterima
dalam keadaan susah jatuh cinta
yang sehingga di rekayasa oleh harapan semu saja
maafkan saya
saya yang susah jatuh cinta
dan menepikan hati yang muram durjana
tapi semoga indah pada waktunya
untuk menyer ria pada halilintar cakrawala
berharap siulan sejati telah tiba
dan telah menepi pada hatiku yang sepi bualan juga
hakikatku berupa singgasana
singgasana dalan angan-angan susah sedu sedan
tegarkan hatiku yang mulai buta
buta pada pilihan yang dimaksut cinta
dalam rinai hujan yang membabi buta
menepi dan membasmi ulat yang bercakarnya
harapanku kumerasa harapanku musnah sudah
karna sepinya pulauku disini tepian mata
karna aku susah merasa
jatuh cinta
biarkan aku jatuh cinta kembali seperti dulu kala
yang selalu berkarya nyata telah lalai maya
kambulkanlah impiku yang ingin kudaki mendaki robi
untuk agar aku kembali jatuh cinta

Tuhan menjodohkan dengan jalan istimewa

Tuhan menjodohkan kalian dengan jalan yang keji
Tuhan menjodohkan kalian dengan jalan yang begitu pedih
Caci bahkan maki kau gerai dengan kurasan luka
Hilangkan pilumu karena pilumu bukan hal yang memadu kasih
pilumu hanya perkara tiada perkara
Tuhan menjodohkan kalian dengan jalan yang istimewa
Istimewa karena kecurangan permainan jodoh yang diberi Tuhan
kepada kalian
Kalian menikmati sekelebat kepingan puncak sandiwara
Karena kalian sudah menikmati panggung tanpa haluan
Tenang, Rencana Tuhan itu indah
biarkan embun itu berjalan kemana mereka mau
seperti kalian, biarkantakdir berjalan kemana kalian suka
itu jalan kalian dan itulah keadaan kalian
balita yang tertimpa kemuraman dunia
tidak hanya kalian
bahkan berjuta bintangpun juga merasakan malam
tidak hanya kalian
bahkan berjuta anginpun melingkar di sekeliling badai awan
kalian harus merakit gambar sabar yang merupakan teka teki Tuhan
kalian juga harus menggembalakan perempatan kebingungan
satukan duri dalam tangkai bunga di tiang depan rumah kalian
Tuhan pasti akan menumpulkan duri itu
karena memang benar bahwa
rencana Tuhan itu akhirnya akan menjadi indah
simpan air matamu di kala datangnya teman barumu nanti
karena teman barumu akan memberikan mentari antara hati kalian
bukan sekedar iramanya tapi juga melebihi melodi
jangan menipu petir ketika mereka datang di awan cerah
karena petir itu pasti selalu menempati awan setiap saat
rencana Tuhan itu indah

Ini arti kehidupan sebenarnya

Aku mulai mencoba menutup mataku sejenak
di saat aku mulai lelah pada takdir ini
rasanya hanya takut akan kehabisan
rasanya hanya mencekam dan hanya bisa merinding
aku merenungkan angan-angan semuku
yang jangan sampai meradang sampai titik lapuk nanti
aku hanya dapat berharap
sampaikanlah harapanku pada yang ku harapkan
agar ia datang dan memelukku
karenamu
ketika pelupuk mataku mulai terbuka kembali
aku benci karena aku punya telinga
yang mengatakan aku berbeda dan membingungkan
yang lain bercengkerama, aku entah mengapa
yang lain berjumbai pada sandaran, aku penyingkiran
tapi kelak aku yakin pada titah Tuhan pasti indah
aku yang kini hanya dapat terus menerus terpejam
karena aku yang malas mendengar gurauan jenuh dari mereka
yang tidak tahu diri dan busuk akan kenikmatannya sekarang
aku juga yakin
aku akan diberikan yang terbaik sebagai upah
karena aku sabar menanti dan memilih titik yang pasti
meskipun diluar sana
banyak titik yang menunggu
terimakasih Tuhan
inilah sebenarnya arti kehidupan darimu

Jumat, 11 Juli 2014

Itu yang tuhan lukis untuk kita

Detik terakhir
iya , detik yang begitu sulit dalam mengusik jenuh
mengusik tawa
dan mengusik keberadaan bunyi getir
Detik ini
aku mencoba berhenti sejenak
dalam bidang yang haus akan ke pura-puraan
mencari titik asa di sudut gemitir
mencapai puncak palsu terdiam
yang dinamakan titik jenuh
Detik ini
kuharap tidak slalu berjalan
detik ini
kuharap slalu berpegang teguh pada tangkai kekal
agar kami teridoi oleh syu'ur saadah
terdiam di secarik kertas hangat
menitih dalam keegoisan gembita
yang tentu tiada jarang dimusnahkan
oleh sibak-sibak kecil karna kutahu akan berundu
akan berundak dari
nanti ke nanti , masa ke masa , titik demi titik
lalui dan lakui
keserasian dan kerundingan kekurangan
apa salah di cadas busuk ini ?
kuhanya
kuhanya ingin terbaik terpilih oleh kita
agar suatu nanti menyesalpun tiada
karna suatu saat datangnya gemuruh nanti
itu yang tuhan lukis untuk kita
itu yank tuhan basuh untuk kita
dan
itu yang tuhan gariskan takdir pada tubuh kita

Menghina malam

di kelam yang mencekam
ternyata kumenginjak duri sehingga patah
mengeluarkan nanah dan kini berdarah
tapi takdir ini mulai nyata mengitariku
selamanya akan selalu mengitari tanpa lelah
pada saat darah ini semakin banyak berserepah

menghina malam
ini yang dapat kulakukan
menyakitkan untuk dirasakan
menusuk untuk di belai
seperti durjana oleh para raja
menertawai bukit nestapa pada injakan cadas

tapi sekali takdir ini akan tetap menjadi takdir
berperangai kuberusaha seperti sajadah
kaku dan membisiki rangkaian cinta
sakit ini terus mengarungi ombak rinai
ku berusaha tuk menangis tersedu-sedu
agar sakit ini dapat dihapus ketika air mataku terhapus
tidak akan ku menangis tertahan dalam hati
tanpa cucuran air mata
karena dengan begitu,
goresan sakit ini akan abadi dalam lubang hati
terpuruk pada buritan yang mencekam
tapi berusaha untuk bangkit pada sejatinya mega

Sandiwara bumi

Hari ini kurengkuh cenderamataku
yang kusempurnakan dengan bait-bait kesederhanaanku
dengan guratanku yang beringas
dengan tanjakanku yang membukit tajam
seperti mereka yang terjun di bawah kolong langit
seperti mereka yang mendayung perahunya hingga ke batas kota
demi khalayaknya agar bersembunyi pantas
diantara lingkup hura-hura dan lingkup suram-suram
mereka hanya dapat mengitari banjirnya peluh
banjirnya tetesan dahi yang mengkerut
dan dahinya yang terlihat kumal untuk tercuci
bermodalkan ranting kecil yang syahdu
ditandai dengan mimiknya yang mulai menggerutu
binar dimana rindangnya suram
mereka meranggas saat hanya bisa mengengkram
mereka tumbuh mulai apabila banyak gemuruh luluh
disertai lirihan yang menghujam di nadi
biarkan mereka yang tinggi yang menyadari
dan biarkan mereka yang melayang tanpa karam
membumi mati atas sandiwara bumi ini

Rakyat palestina bercerita

Di ujung sana mulai terlihat
suatu sekilas halangan yang mati berjuang
hanya terlihat nampak bayang-bayang palsu
dan berisik akan gemuruh yang membabi buta

Ya Allah , apakah kamu akan terus mentakdirkan seperti ini?
ambang-ambang yang kotor
dan kami semua mulai muak terhadap ambang-ambang ini

Ya Allah dambaan kami
peluklah kami dikala kami mengerang kesakitan
peluklah kami saat kami teraniaya waktu dalam atom
sadarkah mereka yang biadab seperti iblis
sadarkah mereka yang hanya bisa terbahak di kelam keji

Ya Allah kau sangat adil
di tengah riuhnya sorak sorai bangun piala dunia
di tengah alir damainya ramadhan yang engkau tak tangkis
kau menciptakan kami kenikmatan musibah
yang memang sungguh luar biasa nikmatnya

Kami kah yang engkau sebut durjana?
kamikah yang engkau sebut semburat?
kamikah yang engkau sebut serak Ya Allah?

anak-anak kami
cucu-cucu kami
pemimpin-pemimpin kami
tak memiliki sekelebat nyali untuk menendang bola busuk biadap itu
bahkan mereka ditindas , tak impas dan berkambas

Ya Allah,
kami semua mengadu kepadamu
menyerukan engkau wahai pencipta kami
sekutu biadap israel telah berenang di tengah bintang
ketika di wilayah kami diguyur hempasan sepercik halilintar
tertawalah wahai kau manusia terkutuk
tertawalah selagi engkau masih bisa menyiksaku
tertawalah selagi kami semua masih bertahan dibawah siksamu

lemahkan kami ketika kami belum meminta
agar kami masih bersabar atas segala hiruk dendamnya
kami meminta agar
RAKYAT TERNODA ISRAEL
didatangkan ababil pembawa batu maksiat
agar mereka, dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi kami
RAKYAT SUCI PALESTINA