Rabu, 11 Juni 2014

Mereka yang diikuti nafasnya

Disini aku hanya bisa menarikan jemariku
menulis kata-kata yang tergerai lebar
aku benci mengatakannya
dan aku benci dalam merasakan semuanya
semuanya ini kuanggap terlalu tabu dan tajam bagiku
mengapa hal ini menggeroti tulang rusukku
seperti rayap yang rakus akan merapuhkan ketegaran
dan seperti angan yang jatuh di saat tibanya resah
aku luluh mengakuinya dan aku hanya benci
hal ini justru membuat aku jenuh dan lelah akan kepastian
jenuh dari gebyar-gebyar palsu diruang sana
aku juga ingin seperti mereka
tak merasa bimbang dan tidak terprovokasi oleh nestapa
selalu menyanyi riang dengan nafasnya di setiap hembusan
selalu bersama nafasnya disaat mereka letih dengan hal canggung
mereka yang diikuti nafasnya
sedangkan aku hanya dibayangi oleh kebodohan yang tak terhindarkan
merasa iba?
untuk apa aku merasa iba sedangkan martabatku tak diadili
sedangkan hatikupun turut berpesta dan melepaskanku
aku yang terbuang dipinggir hulu halang
kini mulai naik diri atas langkah-langkah menjijikan ini
tempatkan hatiku yang putus ini meskipun pada jeruji
yang gelisah, kejam, dingin dan membosankan
biarlah, bagaimanapun caranya supaya hatiku dapat menepi
biarlah, bagaimanapun caranya supaya hatiku tidak terus berlayar
Tuhan, kuingin seperti mereka
tak terhadiri oleh bayang-bayang kegelisahan
dekap aku Tuhan, agar aku dapat kembali berdiri
meskipun masih banyak kursi kosong yang tersisa