Kemegahan
Cinta
Cinta itu seperti penjelajah samudera seperti marcopolo
dan magelhaens, mereka rela menjelajah samudra melawan badai demi mendapatkan
benua impiannya. Cinta juga seperti sapu, yang mengantarkan sampah-sampah
ditempat tujuannya, dan cinta seperti penyakit, jika tempat obat penyakit itu
dia akan sembuh, namun jika penyakit itu diberi obat yang salah dia akan
semakin merajalela. Aku intan anak SMA yang menjalani hari dengan cara membaca
menulis pelajaran yang membuatku jenuh. Aku ditakdirkan menjadi seseorang yang
ceria meskipun aku berada dalam saat-saat yang susah. aku dikenal menjadi
seseorang yang tidak tegaan, aku memprioritaskan sahabatku sendiri daripada
aku. Dari aku dihargai hingga aku tidak dihargai, itu sudah biasa bagiku. Di
hari senin aku mendapati sahabatku rere mendatangiku dan membicarakan semua
masalahnya
“intan, aku
ingin cerita”
“Iya apa?
Kenapa nangis?”
“bagaimana jika
aku mengatakan bahwa apakah aku bisa murka terhadap takdirku?”
“hei? Rere yang dulu kemana? Ini bukan rere deh, tapi rure
nih asti. Rure ora jamuuuu jamu godong teloooooo rure ora ketemu ketemu isan
gawe gelo”
“Intan, kamu pasti gitu deh, aku serius nih (tersenyum)”
“iya deh iya, takdir itu adalah kepastian kita yang tidak
boleh kita salahkan apalagi kita murkai, kamu tau jenderal sudirman? Dia tidak
pernah memurkai takdirnya disaat dia sedang sakit yang padahal saat dia sakit
Indonesia telah kejatuhan bom dari bahsa belanda”
“iya tapi ini hal lain, aku selalu berdo’a agar aku dijadikan
jodohnya armi, tapi sampai hubunganku berlanjut selama 2 bulan dia memutuskan
hubungan kami, apa aku kurang cantik? Kurang sexy? Kurang pinter?”
“enggak, kamu pervect kok, apalagi kalo kamu lagi senyum, so
pervect lagi. Gini loh sayang, jadi gini. Kamu tau kisahnya romeo juliet? Jodoh
tidak berpihak kepada mereka, emang romeo juliet pernah menikah? Enggak kan?
Eeeh ujung-ujungnya mereka malah mati, loe mau mati sia-sia kayak mereka?
Mereka overdosis cinta itu namanya. Rela banget mengakhiri hidup Cuma gara-gara
mereka tidak ditakdirkan jodoh”
Tiba-tiba datang temen cowok
rere yang bernama nino.
“hei para gadis ngomongin apaan nih? Serius amat”
“astagfirullah, ngajetin aja sih, eh tau nggak itu si
rere lagi galau”
“galau kenapa?”
“galau karna mentari tak muncul pagi ini (aku tertawa)”
Nino menatapku dengan tatapan
tidak biasa, aku memalingkan mukaku karena aku takut hal itu akan menjadi
maksiat. Nino bertanya kepadaku
“woy, elo kenape loe tan, sok banget gua liatin malah
nunduk”
“aku permisi ya, aku mau pergi dulu”
“yaahh intan jadi pergikan nin, gara-gara kamu sih”
Di kelas aku memikirkan
Nino,tatapan nino mengigatkanku seperti tatapan ayahku dulu, ayahku yang selalu
melihatku dengan penuh kedamaian. Aku berfikir, apakah nino memang sosok figur
seorang ayah yang baik? Ataukah ini hanya perasaanku saja. Ah apa sih, aku
tidak perlu memikirkan hal bodoh seperti itu. Ketika aku berjalan pada bel
pulang sekolah rere mendatangiku
“intan, kenapa kamu tadi pergi? Aku kan belum selesai
cerita?”
“maaf ya? Aku tadi keburu ngerjai pr biologiku tentang sistem
gerak eh tau enggak ternyata cinta itu seperti sendi peluru loh, ke arah
kemana-mana (tertawa)”
“iihhh intan apaan sih, kirain apa eh ternyata nyindir
aku, sialan nih bocah”
“makanya jangan galau muluk, sekali-kali kita itu harus fokus
sama bangsa negara kita, nggak usah mikirin cinta. Jodoh ditangan tuhan keles.
Ngapain pusing-pusing mikir. Udah ah ayok ceetan pulang”
Aku dan rere memang sahabat
sejati yang sulit untuk terpisah, kemanapun dimanapun kami akan tetap bersama dan
kami akan selalu menjadi motivator satu sama lain. Tidak hirau dengan cinta
yang buat kami pusing. Jalan berdua, makan berdua kemanapun berdua. Sampai
suatu ketika saat hari malam seusai aku pulang bermain dengan rere. Aku
meletakkan tas di kursi sudut rumah, melemar kaos kakiku di bawah kolong tempat
tidurku. Aku berfikir apakah aku pantas untuk bersama nino? Bersama dalam arti
sahabat sejati. Ahh apaan aku ini memikirkan lelaki yang bosan untuk
kupikirkan. Aku membuka album foto keduua orang tuaku. Mereka bekerja di kuar
negeri hingga aku di sini hidup sendiri tanpa teman seorangpun. Hanya rere yang
membuat aku tidak merasa kesepian lagi.
Pagi hari tiba lagi, kini aku berada disekolah. Seusai
aku sholat dhuha dari musola sekolahku , rere mengagetkanku dari belakang
hingga aku terkaget. Dia berkata
“intan selamat pagi? Rajin banget sholat sih kamu”
“amin (aku tersenyum)”
“eh tan, aku pengen bilang sesuatu nih sama kamu. Tentang
h a t i alias perasaan”
“apa emangnya?”
“aku kayaknya jatuh cinta deh sama seseorang”
“siapa hayo? Pasti guru olahraga yang ganteng ituiyakan?”
“ih enggaklah, dia udah tua lagi. Emangnya gua suka sama
om-om”
“la terus?”
“ni to the nok. Gue suka nino intan, gimana inii, gue pusing.
Kenapa gue suka sama nino sih?
Aku kaget akan hal itu.
Sahabatku suka dengan orang yang aku rasa memang sudah sangat aku sayangi,
bagaimana jadinya? Apa yang harus aku lakukan? Aku harus berfikir keras tentang
semua ini, aku harus berfikir tentang keadaan ini. Tuhan bantu hamba dalam
menjaga perasaan ini tuhan. Aku hanya bisa menjawab
“hah? Selamat ya udah move on ciyeee udah move on”
“kamu nggak cemburu kan?”
“cemburu? (wajah linglung) cemburu kenapa sih? Enggak kalik,
biasa ajja sama aku, aku nggak punya rasa apa-apa”
“beneran ? oke bagus deh kalok gitu, deketin aku sama dia
kamu mau enggak?”
“insyaallah ya re?”
“ah kok insyaallah sih?”
“kan kita muslim”
“iyadeh ustadzah cantik ku”
Aku canggung dengan berjalan
pada perasaan ini. Tinggal menunggu saja siapa yang harus ada dan mengalah.
Pelajaran kulewati dengan rasa yang sangat sakit sekali, rere terus saja
mendekati nino, untuk menghapus rasa sebal itu, aku memilih untuk diam dan
mencoba tersenyum sambil menyanyikan lagu-lagu galau karena aku merasa bahwa
musik adalah teman yang bisa mengerti kita. Aku menulis puisi yang berjudul
“KEMEGAHAN CINTA”
KEMEGAHAN
CINTA
Saking
mengahnya karya Tuhan di alam
Aku
merasa bahwa aku tidak pantas menggenggamnya
Goresan
kertas usang ini
Menjadi
saksi palsu pada janji-janji suci takdir
Takdirku
menjadi kosong karena layu
Seperti
perangai yang menerkan kepada bulir ombak
Akah
kutahan denga jalinan
Akan
kutahan dengan tingkapan tidar
Agar
semuan tertutup dan semua tertiup
Hilang
entah karena tertelan badai
Puisi karyaku yang sungguh
menemani hatiku saat ini, aku hanya bisa merelakan apa yang aku rasakan, lebih
baik aku mengalah dari ada aku yang harus bersalah. Dan tiba-tiba nino
mendatangiku
“eh apaan tu lihat dong”
“eh bukan apa-apa sana kamu pergi saja cepetan sana”
“kamu jahat banget sih”
Tanpa aku sadari ternyataa
rere menatapku dengan sini
“udah ah aku mau pergi”
“jangan sini aja, aku Cuma mau tany ini gimana pr
matematikanya, aku nggak bisa nih, ajarin aku ya ? plissss?
“ini aku yang ngajarin rere kok, sana minta tolong aja
sama rere”
Aku pergi membalikkan badan
dari nino, hingga ternyata rere menghampirinya untuk menemaninya dengan
menduduki bangkuku. Aku merasakan hati ini sangat sakit, aku menangis untuk
menghilangkan seluruh rasa sakitku ini. Hingga ternyata setelah aku mengerti,
nino ternyata mengambil kertas puisiku yang aku tulis sebelumnya untuk dia.
aduh bagaimana jika dia tahu bahwa puisi itu untuk dia? betapa malu dan
bodohnya terhadap aku, nino dan rere.aku berada pada situasi sulit dan
membingungkan. Hingga suatu hari aku mendengar kabar bahwa kisah yang diimpikan
rere akan menjadi kenyataan. Ini sulit, sulit ketika kita mencintai yang sama,
sakit ketika sahabat kitalah yang menyamai kita. Aku sendiri melawan sepi
hingga seseorang yang tidak kuharapkan mendatangiku hingga aku hanya bisa
membisu sekejap
“intan, kamu kenapa akhir-akhir ini seringkali melamun”
tanya nino
“gapapa”
“kamu nek kayak gitu malah jadi kayak kodok ngorek loh
tan”
“biarin”
Aku langsung pergi dengan
memendam rasa sakit ini, aku sadar bahwa cinta itu tidak selalu indah, cinta
itu lama-lama juga akan membusuk seperti buah, dan setelah dia membusuk dia
akan jatuh untuk melepaskan diri dari tangkainya. Suatu ketika saat aku sedang
membasuh muka untuk berwudlu, rere teriak memanggilku dan dia membawa nino
dihadapanku.
“intan, aku pingin ngomong sama kamu (teriak)”
“iyaa apa kayaknya lagi seneng nih (menahan rasa kaget))
“aku jadian loh sama nino”
“oke selamat ya, long last”
“kok Cuma gitu ssih?”
“emang aku harus gimana? Aku mau sholat dulu nih, dadaaaa
bentar ya”
“itu si intan kenapa yah? Apa dia cemburu?”
Nino menjawap
“tidak, mungkin
saja dia merasakan kemegahan cinta”
“apanya yang
megah?”
“setiap saat
dan pada semua hal, cinta itu pasti megah”
“contohnya?”
“ketika istri Bj. Habibie tiada dia tetap beristrikan istrinya
dalam surga kelak, sehingga dia tidak ingin mencari yang lain karena hubungan
beliau dengan istrinya akan ditempatkan di istana megah di surga”
“okeokeoke , udah yuk jalan aja”
Aku di dalam masjid menangis
keras untuk meluapkan seluruh rasa sakit hatiku. Apa ini cinta? Cinta bertepuk
sebelah tangan? Ah sial, aku terjebak nostalgia. Apa aku akan mendapatkan cinta
lain selain nino? Atau malah akusulit untuk move on? Biarlah takdirku sendiri
yang menjawab.
Setelah 1 bulan
berjalan, nino merasakan bahwa perasaannya dengan rere adalah hal yang
seharusnya tidak pernah terjadi. Nino selalu diharuskan untuk melakukan apa
yang rere sukai, kebiasaan rere yang suka dugem tersebut harus diikuti nino
selama mereka masih berpacaran. Aku hanya bisa tersenyum kepada nino dengan
takdirnya saat ini, semoga dia bahagia dengan kebiasaan barunya, semoga dia
tetap selalu tersenyum meskipun dia merasa tertekan. Aku yang mencintainya
hanya dapat melihat nino dari kejauhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar