Jumat, 21 November 2014

Kemegahan Cinta

Kemegahan Cinta

            Cinta itu seperti penjelajah samudera seperti marcopolo dan magelhaens, mereka rela menjelajah samudra melawan badai demi mendapatkan benua impiannya. Cinta juga seperti sapu, yang mengantarkan sampah-sampah ditempat tujuannya, dan cinta seperti penyakit, jika tempat obat penyakit itu dia akan sembuh, namun jika penyakit itu diberi obat yang salah dia akan semakin merajalela. Aku intan anak SMA yang menjalani hari dengan cara membaca menulis pelajaran yang membuatku jenuh. Aku ditakdirkan menjadi seseorang yang ceria meskipun aku berada dalam saat-saat yang susah. aku dikenal menjadi seseorang yang tidak tegaan, aku memprioritaskan sahabatku sendiri daripada aku. Dari aku dihargai hingga aku tidak dihargai, itu sudah biasa bagiku. Di hari senin aku mendapati sahabatku rere mendatangiku dan membicarakan semua masalahnya
“intan, aku ingin cerita”
“Iya apa? Kenapa nangis?”
“bagaimana jika aku mengatakan bahwa apakah aku bisa murka terhadap takdirku?”
“hei? Rere yang dulu kemana? Ini bukan rere deh, tapi rure nih asti. Rure ora jamuuuu jamu godong teloooooo rure ora ketemu ketemu isan gawe gelo”
“Intan, kamu pasti gitu deh, aku serius nih (tersenyum)”
“iya deh iya, takdir itu adalah kepastian kita yang tidak boleh kita salahkan apalagi kita murkai, kamu tau jenderal sudirman? Dia tidak pernah memurkai takdirnya disaat dia sedang sakit yang padahal saat dia sakit Indonesia telah kejatuhan bom dari bahsa belanda”
“iya tapi ini hal lain, aku selalu berdo’a agar aku dijadikan jodohnya armi, tapi sampai hubunganku berlanjut selama 2 bulan dia memutuskan hubungan kami, apa aku kurang cantik? Kurang sexy? Kurang pinter?”
“enggak, kamu pervect kok, apalagi kalo kamu lagi senyum, so pervect lagi. Gini loh sayang, jadi gini. Kamu tau kisahnya romeo juliet? Jodoh tidak berpihak kepada mereka, emang romeo juliet pernah menikah? Enggak kan? Eeeh ujung-ujungnya mereka malah mati, loe mau mati sia-sia kayak mereka? Mereka overdosis cinta itu namanya. Rela banget mengakhiri hidup Cuma gara-gara mereka tidak ditakdirkan jodoh”
Tiba-tiba datang temen cowok rere yang bernama nino.
            “hei para gadis ngomongin apaan nih? Serius amat”
            “astagfirullah, ngajetin aja sih, eh tau nggak itu si rere lagi galau”
            “galau kenapa?”
            “galau karna mentari tak muncul pagi ini (aku tertawa)”
Nino menatapku dengan tatapan tidak biasa, aku memalingkan mukaku karena aku takut hal itu akan menjadi maksiat. Nino bertanya kepadaku
            “woy, elo kenape loe tan, sok banget gua liatin malah nunduk”
            “aku permisi ya, aku mau pergi dulu”
            “yaahh intan jadi pergikan nin, gara-gara kamu sih”
Di kelas aku memikirkan Nino,tatapan nino mengigatkanku seperti tatapan ayahku dulu, ayahku yang selalu melihatku dengan penuh kedamaian. Aku berfikir, apakah nino memang sosok figur seorang ayah yang baik? Ataukah ini hanya perasaanku saja. Ah apa sih, aku tidak perlu memikirkan hal bodoh seperti itu. Ketika aku berjalan pada bel pulang sekolah rere mendatangiku
            “intan, kenapa kamu tadi pergi? Aku kan belum selesai cerita?”
“maaf ya? Aku tadi keburu ngerjai pr biologiku tentang sistem gerak eh tau enggak ternyata cinta itu seperti sendi peluru loh, ke arah kemana-mana (tertawa)”
            “iihhh intan apaan sih, kirain apa eh ternyata nyindir aku, sialan nih bocah”
“makanya jangan galau muluk, sekali-kali kita itu harus fokus sama bangsa negara kita, nggak usah mikirin cinta. Jodoh ditangan tuhan keles. Ngapain pusing-pusing mikir. Udah ah ayok ceetan pulang”
Aku dan rere memang sahabat sejati yang sulit untuk terpisah, kemanapun dimanapun kami akan tetap bersama dan kami akan selalu menjadi motivator satu sama lain. Tidak hirau dengan cinta yang buat kami pusing. Jalan berdua, makan berdua kemanapun berdua. Sampai suatu ketika saat hari malam seusai aku pulang bermain dengan rere. Aku meletakkan tas di kursi sudut rumah, melemar kaos kakiku di bawah kolong tempat tidurku. Aku berfikir apakah aku pantas untuk bersama nino? Bersama dalam arti sahabat sejati. Ahh apaan aku ini memikirkan lelaki yang bosan untuk kupikirkan. Aku membuka album foto keduua orang tuaku. Mereka bekerja di kuar negeri hingga aku di sini hidup sendiri tanpa teman seorangpun. Hanya rere yang membuat aku tidak merasa kesepian lagi.


            Pagi hari tiba lagi, kini aku berada disekolah. Seusai aku sholat dhuha dari musola sekolahku , rere mengagetkanku dari belakang hingga aku terkaget. Dia berkata
            “intan selamat pagi? Rajin banget sholat sih kamu”
            “amin (aku tersenyum)”
            “eh tan, aku pengen bilang sesuatu nih sama kamu. Tentang h a t i alias perasaan”
            “apa emangnya?”
            “aku kayaknya jatuh cinta deh sama seseorang”
            “siapa hayo? Pasti guru olahraga yang ganteng ituiyakan?”
            “ih enggaklah, dia udah tua lagi. Emangnya gua suka sama om-om”
            “la terus?”
“ni to the nok. Gue suka nino intan, gimana inii, gue pusing. Kenapa gue suka sama nino sih?
Aku kaget akan hal itu. Sahabatku suka dengan orang yang aku rasa memang sudah sangat aku sayangi, bagaimana jadinya? Apa yang harus aku lakukan? Aku harus berfikir keras tentang semua ini, aku harus berfikir tentang keadaan ini. Tuhan bantu hamba dalam menjaga perasaan ini tuhan. Aku hanya bisa menjawab
            “hah? Selamat ya udah move on ciyeee udah move on”
            “kamu nggak cemburu kan?”
“cemburu? (wajah linglung) cemburu kenapa sih? Enggak kalik, biasa ajja sama aku, aku nggak punya rasa apa-apa”
            “beneran ? oke bagus deh kalok gitu, deketin aku sama dia kamu mau enggak?”
            “insyaallah ya re?”
            “ah kok insyaallah sih?”
            “kan kita muslim”
            “iyadeh ustadzah cantik ku”
Aku canggung dengan berjalan pada perasaan ini. Tinggal menunggu saja siapa yang harus ada dan mengalah. Pelajaran kulewati dengan rasa yang sangat sakit sekali, rere terus saja mendekati nino, untuk menghapus rasa sebal itu, aku memilih untuk diam dan mencoba tersenyum sambil menyanyikan lagu-lagu galau karena aku merasa bahwa musik adalah teman yang bisa mengerti kita. Aku menulis puisi yang berjudul “KEMEGAHAN CINTA”

KEMEGAHAN CINTA
Saking mengahnya karya Tuhan di alam
Aku merasa bahwa aku tidak pantas menggenggamnya
Goresan kertas usang ini
Menjadi saksi palsu pada janji-janji suci takdir
Takdirku menjadi kosong karena layu
Seperti perangai yang menerkan kepada bulir ombak
Akah kutahan denga jalinan
Akan kutahan dengan tingkapan tidar
Agar semuan tertutup dan semua tertiup
Hilang entah karena tertelan badai
Puisi karyaku yang sungguh menemani hatiku saat ini, aku hanya bisa merelakan apa yang aku rasakan, lebih baik aku mengalah dari ada aku yang harus bersalah. Dan tiba-tiba nino mendatangiku
            “eh apaan tu lihat dong”
            “eh bukan apa-apa sana kamu pergi saja cepetan sana”
            “kamu jahat banget sih”
Tanpa aku sadari ternyataa rere menatapku dengan sini
            “udah ah aku mau pergi”
“jangan sini aja, aku Cuma mau tany ini gimana pr matematikanya, aku nggak bisa nih, ajarin aku ya ? plissss?
            “ini aku yang ngajarin rere kok, sana minta tolong aja sama rere”
Aku pergi membalikkan badan dari nino, hingga ternyata rere menghampirinya untuk menemaninya dengan menduduki bangkuku. Aku merasakan hati ini sangat sakit, aku menangis untuk menghilangkan seluruh rasa sakitku ini. Hingga ternyata setelah aku mengerti, nino ternyata mengambil kertas puisiku yang aku tulis sebelumnya untuk dia. aduh bagaimana jika dia tahu bahwa puisi itu untuk dia? betapa malu dan bodohnya terhadap aku, nino dan rere.aku berada pada situasi sulit dan membingungkan. Hingga suatu hari aku mendengar kabar bahwa kisah yang diimpikan rere akan menjadi kenyataan. Ini sulit, sulit ketika kita mencintai yang sama, sakit ketika sahabat kitalah yang menyamai kita. Aku sendiri melawan sepi hingga seseorang yang tidak kuharapkan mendatangiku hingga aku hanya bisa membisu sekejap
            “intan, kamu kenapa akhir-akhir ini seringkali melamun” tanya nino
            “gapapa”
            “kamu nek kayak gitu malah jadi kayak kodok ngorek loh tan”
            “biarin”
Aku langsung pergi dengan memendam rasa sakit ini, aku sadar bahwa cinta itu tidak selalu indah, cinta itu lama-lama juga akan membusuk seperti buah, dan setelah dia membusuk dia akan jatuh untuk melepaskan diri dari tangkainya. Suatu ketika saat aku sedang membasuh muka untuk berwudlu, rere teriak memanggilku dan dia membawa nino dihadapanku.
            “intan, aku pingin ngomong sama kamu (teriak)”
            “iyaa apa kayaknya lagi seneng nih (menahan rasa kaget))
            “aku jadian loh sama nino”
            “oke selamat ya, long last”
            “kok Cuma gitu ssih?”
            “emang aku harus gimana? Aku mau sholat dulu nih, dadaaaa bentar ya”
            “itu si intan kenapa yah? Apa dia cemburu?”
Nino menjawap
“tidak, mungkin saja dia merasakan kemegahan cinta”
“apanya yang megah?”
“setiap saat dan pada semua hal, cinta itu pasti megah”
“contohnya?”
“ketika istri Bj. Habibie tiada dia tetap beristrikan istrinya dalam surga kelak, sehingga dia tidak ingin mencari yang lain karena hubungan beliau dengan istrinya akan ditempatkan di istana megah di surga”
“okeokeoke , udah yuk jalan aja”
Aku di dalam masjid menangis keras untuk meluapkan seluruh rasa sakit hatiku. Apa ini cinta? Cinta bertepuk sebelah tangan? Ah sial, aku terjebak nostalgia. Apa aku akan mendapatkan cinta lain selain nino? Atau malah akusulit untuk move on? Biarlah takdirku sendiri yang menjawab.
Setelah 1 bulan berjalan, nino merasakan bahwa perasaannya dengan rere adalah hal yang seharusnya tidak pernah terjadi. Nino selalu diharuskan untuk melakukan apa yang rere sukai, kebiasaan rere yang suka dugem tersebut harus diikuti nino selama mereka masih berpacaran. Aku hanya bisa tersenyum kepada nino dengan takdirnya saat ini, semoga dia bahagia dengan kebiasaan barunya, semoga dia tetap selalu tersenyum meskipun dia merasa tertekan. Aku yang mencintainya hanya dapat melihat nino dari kejauhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar