Kamis, 29 Mei 2014

Merangkul harapan

Hariku telah mulai menamppakan kebisuannya
dalam menggapai jari-jari semu
sayu pada sejenak mata memandang
ragu dalam sejenak kaki tertatih dan
rindu dalam sejenak hati berbaur
aku menggapai kunci-kunci plastisin yang merangkul rapuh
bukan harapan, tapi untuk saat ini aku rapuh
rapuh bukan karena sayu pada hakikat ini
tapi rapuh karena aku yang mengendap pilu
merencakan layang yang goyang pada keringnya sandiwara
dalam sutu campakkan
yaitu dengan
merangkul harapan

Berdiri dengan bintang

Aku mengikuti bayanganku
disaat ku redup dan kini memang pengap
pengap dalam busuknya rasa ketidak adilan
palsu dikata
tapi aku tetap berjalan dan tetap berusaha binar
kala untaianku sudah disengaja agar lumpuh
keadaan semuku memintaku agar aku pergi
menghilang dari kenyataan dan
mencekam dalam kesunyian
beradu fatamorgana dalam lingkup yang telah mati
pada kekarnya matahari
pada gemuruhnya bintang
dan pada senyapnya insan
berdiri dengan bintang
dan hinggan ku jatuhpun akan selalu bersama bintang
maka bintang sesungguhnya hatiku
hati yang melayang di gulitanya malam
sehingga pada keadaan gulita
bintang itu bernyanyi sendu dan telah memancarkan sinar
untuk selamanya bintang akan bernyanyi untukku
dan aku akan menjadi penerus bintang ketika matahari menggantikannya

Jumat, 23 Mei 2014

penantian palsuku

tiap detik aku sering memejamkan mataku tanpa sebab
hingga ketika diluar ada reruntuhan
sekejappun aku tak tahu dan tak pernah menyangkanya akan menjadi seperti ini
aku hanya bisa mati menunggu ketidakpastian
hanya bisa keruh membaur didalam suatu harapan
biar Tuhan yang menjabah doaku
di ketika gelapnya malah dan runtuhnya kilauan bintang
Tuhan, aku disini menunggu kepastianmu
kepastian yang hanya bisa bergulat dengan waktu
hanya bisa memeluk kepalsuan
di dalam iringan butiran suara dan pasir yang beterbangan
agar tiada lagi duka di dalam\kerinduan asa dan keringnya malam

Senin, 19 Mei 2014

lukisan tuhan yang berada di keabadian

Bukan karena aku bisu dan tuli
tapi karena aku ingin menjadi kupu-kupu yang abadi
bukan karena aku berperasaan keras tak benar padamu
tapi karena aku berpasrah dan tabah

aku ingin menjelajahi masakudulu
dimana akumasih mengenal huruf a dan z
iya, akhir dan awal yang hanya bisa untukkubaca
iya, satu huruf saja yang bisa ku eja

biar aku yang mengerti takdir ini
tuhan yang tau dan yang bisa meyakinkan
 tuhan yang menapaki suatu gurat demi gurat
dan tuhan yang menapaki cadas yang terbela
dan lukisan tuhan yang berada di keabadian :)

Entah, Tuhan yang mengatur

Aku kini mulai membuka mata
Dalam asa dan harapan
Tuhan , apa sebegituteganya kaumembiarkan
Semua perasaanku ini terus menerus masukdan nekat memelukku?
Aku memang pikun ketika tak kusadari
Tak kusadari bahwa khalayak ini mulai mati
Untuk orang yang sendiri terpaku
Tertatih dan tertindih kepalsuan
Biarlah tuhan yang akan mengatakan kepadamu
Bahwa sesungguhnya rasa ini begitu jenuh
Antara kita