Selasa, 23 Desember 2014

Diperujung malam

Aku melewati jalan yang sulit
jalan yang menantiku
diperujung malam
beserta mulut iniyang mulai menggerutu
akan sukap yang sangat menjemukan
oleh seorang yang menunggu
menungguku di perujung malam
matahari itu memelukku
hingga hati ini terbakar secara cepat
mengenai denyut nadiku seakan mati rasa
sehingga rasa cinta tidak akan memuakkanku lagi
karna rasa itu telah terbakar matahari

Aku menunggu tiupan angin malam
yang akan meredakan perasaan
dan mulai membual seribu bahasa
apakah kamu mengerti wahai purnama?
aku sungguh memuja membuai lentera
hanya untuk dan olehmu semata
apa engkau mengerti wahai bulan sabit?
ketajamanmu telah menusuk hatiku
sehingga lukaku kini
semakin dalam menuju rusukku

Tapi
kesadaran itu sudah musnah
kesadaran itu sudah hilang
hilang dalam ambang-ambang
hilang dalam desah

Bertahan dan peka pada suatu lorong semu
menguntai waktu
dengan setumpuk jerami yang dikibaskan pada besi
itulah rasaku
seperti kaca retak hingga pecar
seperti pasir yang hilang hanyut ditelan air
tetapi
rasa ini akan aku sabari
hingga kelak aku nanti sirna
diperujung malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar